6. Muhammad SAW Menjadi Rosul
Muhammad SAW Menjadi Rosul
Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad saw lebih banyak mengerjakan tahanuts dari pada waktu waktu sebelumnya, pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan ini lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahanuts lebih lama dari pada waktu waktu sebelumnya. Dalam melakukan Tahanuts kadang kadang beliau bermimpi, mimpi yang benar (Arru’ yaa ashshaadiqah).
Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, diwaktu nabi Muhammad saw sedang bertahanuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril as membawa tulisan dan menyuruh Muhammad saw, untuk membacanya, katanya : “Bacalah “ , Dengan terperanjat Muhammad saw menjawab : “Aku tidak bisa membaca” beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh Malaikat JIbril as , sehingga napasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: “Bacalah”, Tetapi Muhammad saw, masih tetap menjawab: “Aku tidak bisa membaca”, Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw, berkata: “ Apa yang ku baca”, Kata Jibril as : dalam surat Al Alaq ( 96 ) ayat 1 – 5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ , خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ , اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ , الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ , عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[3],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah swt kepada nabi Muhammad saw, dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rosulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan Risalahnya.
Pada saat menerima pengangkatan menjadi Rosul itu, umur beliau mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun Qamariyah atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun Masehi. Setelah menerima wahyu itu beliau terus pulang kerumah dalam keadaan Gemetar, sehingga minta diselimuti oleh istrinya Siti Khatijah.
Istri yang patuh dan setia itu segera menyelimutinya, setelah agak reda cemasnya, maka diceritakannya pada istrinya segala apa yang terjadi pada dirinya dengan perasaan cemas dan khawatir. Tetapi istri yang bijaksana itu sedikitpun tidak memperlihatkan kekhawatiran dan kecemasan hatinya bahkan dengan hidmad ia menatap muka suaminya, seraya berkata” Bergembiralah hai anak pamanku”, tetapkanlah hatimu, demi tuhan yang jiwa Khatijah didalam tangannya, saya harap engkaulah yang akan menjadi nabi bagi umat kita ini. Allah tidak akan mengecewakan engkau: bukankah engkau yang senantiasa berkata benar yang selalu memperhubungkan tali silatur rahim, bukankah emgkau yang senantiasa menolong anak yatim, memuliakan tetamu dan menolong setiap orang yang ditimpa kemalangan dan kesengsaraan?’ . Demikianlah Siti Khatijah menentramkan hati Suaminya.
Karena terlampau payahsetelah mengalami peristiwa besar yang baru saja terjadi itu, maka beliaupun tertidur, sementara itu Siti Khatijah pergi kerumah anak pamannya “WARAQAH BIN NAUFAL” seorang yang tidak menyembah berhala dan telah lama dia memeluk agama nasrani dan dapat menulis dengan bahasa Ibrany, telah mempelajari serta menyalin kedalam bahasa Arab isi kitab Injil dan Taurat, Usianya telah lanjut dan matanya sudah buta, lalu diceritakannyalah oleh Siti Khatijah, apa yang terjadi atas diri suaminya.
-------------------------------------------------
[3] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
-------------------------------------------------
Demi didengarnya cerita Khatijah itu lalu ia berkata : “Quddus, Quddus, demi tuhan yang jiwa waraqah didalam tangannya, jika engkau membenarkan aku, yaa Khatijah, sesungguhnya telah dating kepadanya (Muhammad ) namus akbar ( petunjuk yang maha besar), sebagai pernah datang kepada nabi musa as: dia sesungguhnya akan menjadi nabi bagi umat kita ini, dan katakanlah kepadanya hendaknya ia tetap tenang !.
Siti Khatijah kembali kerumahnya, lalu diceritakannya apa apa yang dikatakan oleh waraqah bin naufal kepada Rosulullah dengan kata kata yang lemah lembut, yang cukup untuk menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran rosulullah.
Didalam kitab kitab tarikh diriwayatkan, bahwa setelah badan nabi Muhammad saw telah segar kembali dan telah seperti sedia kala, suaranya telah berangsur terang, maka Khatijah mengajak nabi untuk segera pergi menemui waraqah bin naufal dirumahnya, dengan maksud hendak bertanyalebih lanjut secara langsung kepadanya tentang peristiwa yang telah menimpa dirinya yang terjadi dalam gua Hira tersebut.
Sesampainya nabi bersama Khatijah dirumah waraqah bin naufal, lalu satu sama lain menyampaikan penghormatannya. Kemudian waraqah menanyakan maksud kedatangan nabi berdua sama khatijah. Setelah Khatijah memperkenalkan nabi kepada waraqah, lalu nabi menceritakan apa apa yang baru saja dialaminya. Kemudian waraqah berkata : Quddus, Quddus , Hai Muhammad saw anak saudaraku, itu adalah rahasia yang paling besar yang pernah diturunkan Allah swt kepada nabi musa as. Wahai kiranya aku dapat menjadi muda dan kuat, semoga aku masih hidup, dapat melihat, ketika engkau dikeluarkan (diusir) kaummu”.
Nabi setelah mendengar perkataan waraqah yang sedemikian itu, lalu beliau bertanya” Apakah mereka (kaumku) akan mengeluarkan/mengusir aku ?” waraqah menjawab: “ ya “ , semua orang yang dating membawa seperti apa yang bawa ini, mereka tetap dimusuhi. Jikalau aku masih menjumpai hari dan waktu engkau dimusuhi itu, aku akan menolong engkau dengan sekuat kuat tenagaku”.
Dengan keterangan waraqah itu, nabipun serasa mendapat keterangan dan penjelasan yang jelas tentang peristiwa yang baru saja dialaminyaitu. Juga khatijah memegang teguh akan keterangan keterangan waraqah itu, dan memang itulah yang dinanti nantikan selama ini, berita gembira tentang keangkatan suaminya menjadi rosul.
Peranan Khatijah di saat saat nabi Muhammad saw menerima wahyu.
Siti Khatijah adalah masih satu keturunan dengan nabi Muhammad saw yaitu bertemu pada Qushai. Jika diuraikan silsilah keturunan nabi Muhammad saw dan Siti Khatijahadalah demikian :
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalub bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai.
Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad saw lebih banyak mengerjakan tahanuts dari pada waktu waktu sebelumnya, pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan ini lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahanuts lebih lama dari pada waktu waktu sebelumnya. Dalam melakukan Tahanuts kadang kadang beliau bermimpi, mimpi yang benar (Arru’ yaa ashshaadiqah).
Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, diwaktu nabi Muhammad saw sedang bertahanuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril as membawa tulisan dan menyuruh Muhammad saw, untuk membacanya, katanya : “Bacalah “ , Dengan terperanjat Muhammad saw menjawab : “Aku tidak bisa membaca” beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh Malaikat JIbril as , sehingga napasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi: “Bacalah”, Tetapi Muhammad saw, masih tetap menjawab: “Aku tidak bisa membaca”, Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw, berkata: “ Apa yang ku baca”, Kata Jibril as : dalam surat Al Alaq ( 96 ) ayat 1 – 5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ , خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ , اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ , الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ , عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[3],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah swt kepada nabi Muhammad saw, dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rosulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan Risalahnya.
Pada saat menerima pengangkatan menjadi Rosul itu, umur beliau mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun Qamariyah atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun Masehi. Setelah menerima wahyu itu beliau terus pulang kerumah dalam keadaan Gemetar, sehingga minta diselimuti oleh istrinya Siti Khatijah.
Istri yang patuh dan setia itu segera menyelimutinya, setelah agak reda cemasnya, maka diceritakannya pada istrinya segala apa yang terjadi pada dirinya dengan perasaan cemas dan khawatir. Tetapi istri yang bijaksana itu sedikitpun tidak memperlihatkan kekhawatiran dan kecemasan hatinya bahkan dengan hidmad ia menatap muka suaminya, seraya berkata” Bergembiralah hai anak pamanku”, tetapkanlah hatimu, demi tuhan yang jiwa Khatijah didalam tangannya, saya harap engkaulah yang akan menjadi nabi bagi umat kita ini. Allah tidak akan mengecewakan engkau: bukankah engkau yang senantiasa berkata benar yang selalu memperhubungkan tali silatur rahim, bukankah emgkau yang senantiasa menolong anak yatim, memuliakan tetamu dan menolong setiap orang yang ditimpa kemalangan dan kesengsaraan?’ . Demikianlah Siti Khatijah menentramkan hati Suaminya.
Karena terlampau payahsetelah mengalami peristiwa besar yang baru saja terjadi itu, maka beliaupun tertidur, sementara itu Siti Khatijah pergi kerumah anak pamannya “WARAQAH BIN NAUFAL” seorang yang tidak menyembah berhala dan telah lama dia memeluk agama nasrani dan dapat menulis dengan bahasa Ibrany, telah mempelajari serta menyalin kedalam bahasa Arab isi kitab Injil dan Taurat, Usianya telah lanjut dan matanya sudah buta, lalu diceritakannyalah oleh Siti Khatijah, apa yang terjadi atas diri suaminya.
-------------------------------------------------
[3] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
-------------------------------------------------
Demi didengarnya cerita Khatijah itu lalu ia berkata : “Quddus, Quddus, demi tuhan yang jiwa waraqah didalam tangannya, jika engkau membenarkan aku, yaa Khatijah, sesungguhnya telah dating kepadanya (Muhammad ) namus akbar ( petunjuk yang maha besar), sebagai pernah datang kepada nabi musa as: dia sesungguhnya akan menjadi nabi bagi umat kita ini, dan katakanlah kepadanya hendaknya ia tetap tenang !.
Siti Khatijah kembali kerumahnya, lalu diceritakannya apa apa yang dikatakan oleh waraqah bin naufal kepada Rosulullah dengan kata kata yang lemah lembut, yang cukup untuk menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran rosulullah.
Didalam kitab kitab tarikh diriwayatkan, bahwa setelah badan nabi Muhammad saw telah segar kembali dan telah seperti sedia kala, suaranya telah berangsur terang, maka Khatijah mengajak nabi untuk segera pergi menemui waraqah bin naufal dirumahnya, dengan maksud hendak bertanyalebih lanjut secara langsung kepadanya tentang peristiwa yang telah menimpa dirinya yang terjadi dalam gua Hira tersebut.
Sesampainya nabi bersama Khatijah dirumah waraqah bin naufal, lalu satu sama lain menyampaikan penghormatannya. Kemudian waraqah menanyakan maksud kedatangan nabi berdua sama khatijah. Setelah Khatijah memperkenalkan nabi kepada waraqah, lalu nabi menceritakan apa apa yang baru saja dialaminya. Kemudian waraqah berkata : Quddus, Quddus , Hai Muhammad saw anak saudaraku, itu adalah rahasia yang paling besar yang pernah diturunkan Allah swt kepada nabi musa as. Wahai kiranya aku dapat menjadi muda dan kuat, semoga aku masih hidup, dapat melihat, ketika engkau dikeluarkan (diusir) kaummu”.
Nabi setelah mendengar perkataan waraqah yang sedemikian itu, lalu beliau bertanya” Apakah mereka (kaumku) akan mengeluarkan/mengusir aku ?” waraqah menjawab: “ ya “ , semua orang yang dating membawa seperti apa yang bawa ini, mereka tetap dimusuhi. Jikalau aku masih menjumpai hari dan waktu engkau dimusuhi itu, aku akan menolong engkau dengan sekuat kuat tenagaku”.
Dengan keterangan waraqah itu, nabipun serasa mendapat keterangan dan penjelasan yang jelas tentang peristiwa yang baru saja dialaminyaitu. Juga khatijah memegang teguh akan keterangan keterangan waraqah itu, dan memang itulah yang dinanti nantikan selama ini, berita gembira tentang keangkatan suaminya menjadi rosul.
Peranan Khatijah di saat saat nabi Muhammad saw menerima wahyu.
Siti Khatijah adalah masih satu keturunan dengan nabi Muhammad saw yaitu bertemu pada Qushai. Jika diuraikan silsilah keturunan nabi Muhammad saw dan Siti Khatijahadalah demikian :
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalub bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai.
Komentar
Posting Komentar