5. Akhlaq Nabi Muhammad SAW
Akhlaq Nabi Muhammad SAW Dari Kanak-Kanak Hingga Dewasa
Dalam perjalanan hidupnya sejak masih kanak kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rosul, beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudu luhur dan mempunyai kepribadian yang tinggi, tidak ada suatu perbuatan dan tingkah lakunya yang tersela yang dapat dituduhkan kepadanya. Berlainan sekali dengan tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda pemuda dan penduduk kota Mekah pada umumnyayang gemar berfoya foya dan bermabuk mabukan itu, karena demikian dan jujurnya dalam perbuatan dan perkataan, maka beliau diberi julukan “ Al Amin” :. Yang dapat dipercaya.
Ahli sejarah menuturkan bahwa Muhammad saw sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah berhala dan tidak pernah pula makan daging hewan yang disembelih untuk korban berhala berhala seperti lazimnya orang Arab jahiliyah pada umumnya. Ia sangat benci dengan kepada berhala itu dan menjauhkan diri dari keramaian dari upacara upacara pemujaan kepada berhala itu. Untuk menutupi keperluan hidupnya sehari hari sesudah dia menikah dengan Siti Khatijah dia berserikat dagang dengan istrinya ataupun dengan orang lain.
Sebagai seorang yang bakal menjadi pembimbing umat manusia, Muhammad saw memiliki bakat bakat dan kemampuan jiwa yang besar kecerdasan pikirannya, ketajaman otaknya, kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya, kecepatan tanggapannya, kekerasan kemauannya, segala pengalaman hidupnya mendapat pengolahan yang sempurna dalam jiwanya. Dia mengetahui babak babak sejarah negerinya, kesedihan masyarakat dan keruntuhan agama bangsanya. Pemandangan itu dapat hilang dari pikirannya.
Dia mulai “ menyiapkan dirinya” (bertahanuts) untuk mendapatkan pemusatan jiwa yang lebih sempurna. Untuk bertahanuts ini di pilihnya tempat disebuah Gua kecil yang bernama “ HIRA “ yang terdapat pada sebuah bukit yang bernama “ JABAL NUR “ (bukit cahaya ) yang terletak kira kira 2 / 3 mil di sebelah utara kota Mekah.
Walaupun Muhammad saw dengan daya pikirannya yang jernih itu berusaha untuk merenungkan tentang pencipta alam raya ini, namun sebelum kenabiannya dia tidaklah sampai kepada hakekat penciptanya, sebagaimana dalam surat 42 (As Syuuraa ayat 52 dan surat 93 (Ad Dhuha) ayat 7.
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
52. dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
وَوَجَدَكَ ضَالا فَهَدَى
7. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung[2], lalu Dia memberikan petunjuk.
---------------------------------------------------------------------
[2] Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.
----------------------------------------------------------------------
Komentar
Posting Komentar