4. Pengalaman-pengalaman Penting Nabi Muhammad SAW
Pengalaman-Pengalaman Penting Nabi Muhammad SAW
Ketika berumur 12 tahun , nabi Muhammad saw mengikuti pamannya Abu Thalib membawa barang dagangan ke Syam. Sebelum mencapai kota Syam, baru sampai ke Bushra, bertemulah kafilah Abu Thalib ini dengan seorang Pendeta Nasrani yang Alim, “ BUHAIRA “ namanya. Pendeta ini melihat tanda tanda kenabian pada diri Muhammad saw, maka dinasehatilah Abu Thalib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Mekah, sebab dia khawatir kalau kalau Muhammad saw, ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya, Abu Thalib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Mekah.
Nabi Muhammad saw sebagaimana biasanya pada masa kanak kanak itu, dia kembali kepekerjaannya mengembala kambing, kambing keluarga dan kambing penduduk Mekah yang lain yang dipercayakan kepadanya, pekerjaan mengembalakan kambing ini membuahkan didikan yang amat baik pada diri nabi, karena pekerjaan ini memerlukan keuletan, kesabaran dan ketenangan serta keterampilan dalam tindakan.
Di waktu nabi Muhammad saw berumur kurang lebih 15 tahun terjadilah peristiwa yang bersejarah bagi penduduk Mekah, yaitu kejadian peperangan antara suku Quraisy dan suku kinanah disatu pihak dengan suku Qais’Ailan dilain pihak, nabi Muhammad saw ikut aktif dalam peperangan ini memberikan bantuan kepada paman pamannya dengan menyediakan keperluan peperangan.
Peperangan ini terjadi didaerah suci pada bulan bulan suci pula yaitu pada bulan Zulqaidah, menurut pandangan bangsa Arab peristiwa itu adalah pelanggaran terhadap kesucian, karena melanggar bulan Zulqaidah, dalam mana sebenarnya dilarang berkelahi menumpahkan darah. Oleh karena demikian maka perang tersebut dinamakan Harbul Fijar yang artinya perang yang memecahkan kesucian.
Semenjak wafatnya Abdul Muthalib, kota Mekah mengalami kemerosotan , ketertiban kota Mekah tidak terjaga, keamanan harta benda, diri pribadi tidak mendapat jaminan. Orang orang asing menderita segala macam perasaan dengan terang terangan, kadang kadang mereka dirampok bukan saja harta dan bendanya, akan tetapi istri dan anak perempuannya , perbuatan perbuatan yang demikian membawa suasana Mekah kacau dan genting. Jika hal itu dibarkan berlarut larut akan merugikan penduduk Mekah sendiri (Quraisy ). Akhirnya timbullah keinsyafan di kalangan pemimpin pemimpin Quraisy untuk memulihkan kembali ketertiban kota Mekah itu, maka berkumpullah pemuka pemuka bani Hasyim , bani Muthalib , bani Asad bin Uzza , bani Zahrah bin Kilab dan bani Tamim bin Murrah, Dalam pertemuan ini pemimpin pemimpin Quraisy mengikat sumpah: bahwa tidak akan nada seorangpun yang akan teraniaya lagi di kota Mekah ini baik dari penduduknya sendiri ataupun orang
lain. Barang siapa yang teraniaya dia harus dibela bersama sama. Demikianlah isi dari sumpah itu yang dalam sejarah disebut Halfulfudhul. Nabi Muhammad saw sendiri sesudah menjadi Rosul bahwa dia menyaksikan pertemuan paman paman beliau dirumah Abdullah bin Juda’an, di waktu berusia belasan tahun.
Hasil pertemuan pemuka pemuka Quraisy itu membawa perubahan yang baik bagi kota Mekah, hingga kota ini menjadi aman kembali dan selanjutnya memegang peranan penting dalam sejarah perkembangan bangsa Arab.
Meningkat masa dewasa, nabi Muhammad saw mulai berusaha sendiri dalam penghidupannya karena dia terkenal orang yang jujur , maka seorang janda kaya yang bernama Siti Khatijah mempercayai beliau untuk membawa barang dagangan ke Syam, dalam perjalan ke Syam ini , beliau ditemani oleh bujang siti Khatijah yang bernama Maisarah. Dalam perjalanan itu beliau juga bertemu dengan seorang Rahib ( pendeta ) yang bernama “ Natseur” dan iapun memahami adanya keistimewaan pada diri Muhammad saw sebagaimana yang terlihat oleh Bukhaira pada perjalanan yang pertama dengan pamannya Abu Thalib. Setelah selesai menjual belikan barang dagangan di Syam itu, dengan memperoleh laba yang tidak sedikit, merekapun kembali ke Mekah.
Sesudah nabi Muhammad saw pulang dari perjalan ke Syam itu, datanglah Lamaran dari pihak Siti Khatijah kepada beliau, lalu beliau memyampaikan hal itu kepada pamannya, setelah tercapai kata sepakat pernikahanpun dilangsungkan, pada waktu itu umur nabi kurang lebih 25 tahun sedang Siti Khatijah kurang lebih 40 tahun.
Perkawinan ini telah memberi Muhammad saw ketenangan dan ketentraman. Muhammad saw telah mendapatkan cinta kasih saying yang tulus dari seorang perempuan yang pada kemudian hari merupakan orang yang pertama tama mengakui keRosulannya, dan senantiasa siap sedia menyertai dia didalam segala penderitaan dan kesusahan.
Dengan istri Siti Khatijah ini beliau dikaruniai putra/putri 6 yaitu :
1. Sayyid Al Qasim, ini anak tertua, yang hidup hanya 2 tahun, lalu wafat.
2. Abdullah, ini anak yang kedua dan wafat waktu kecil.
3. Zainab, ini anak yang tertua perempuan, yang kawin dengan Abul’ash.
4. Ruqayyah, dikawinkan dengan Utsman bin Affan setahun kemudian Ruqaiyyah wafat.
5. Ummu Kultsum
6. Fatimah Azzahra’ ini putri Rosul yang termuda. Dan dikawinkan dengan Ali bin Abu Thalib.
Kemudian Utsman bin Affan kawin lagi dengan Ummu Kultsum, oelh karena itulah, maka Utsman di gelari “ Dzunurain “ artinya seorang yang mempunyai dua cahaya
Nama nabi Muhammad saw tambah populer dikalangan penduduk Mekah, sesudah mendamaikan pemuka pemuka kaum Quraisy dalam sengketa mereka dalam memperbaharui bentuk Ka’bah. Pada mulanya mereka Nampak bersatu dan bergotong royong mengerjakan pembaharuan Ka’bah itu. Tetapi ketika sampai kepada soal peletakan Batu Hitan ( Al Hajarul Aswad ) ketempat asalnya (sudut sebelah timur ), terjadilah perselisihan sengit antara pemuka pemuka kaum Quraisy itu. Mereka masing masing merasa berhak untuk mengembalikan batu suci itu ketempat semula. Pada saat kritis ini, datanglah Muhammad saw dengan usulnya yang segera disetujui mereka, maka dimintailah sehelai kain, lalu dihamparkannya dan Al hajarul Aswad diletakkan ditengah tengah kain itu, kemudian disuruhnyalah tiap tiap pemuka golongan Quraisy bersama sama mengangkat tepi kain ketempat asal Al Hajarul Aswad itu, ketika sampai ketempatnya, maka batu itu diletekkan dengan tangannya sendiri ketempatnya.
Dengan demikian selesailah persengketaan itu dengan membawa kepuasan pada masing masing golongan. Pada waktu kajadian ini usia nabi Muhammad saw sudah 35 tahun, atas dasar inilah para pemuka kaum Quraisy memberikan julukan kepada nabi Muhammad saw dengan sebutan “ Al Amin “ yang artinya : seorang yang dapat dipercaya.
Komentar
Posting Komentar